Radiology

Radiology
Kota Radiasi

Rabu, 20 Maret 2013

SELA TURSICA


Teknik Radiografi Sela Tursica 

PROYEKSI LATERAL 

POSISI PASIEN

*
  • Pasien diposisikan duduk tegak atau semi prone
  • nMSP tubuh sejajar dengan bidang film
  • Kepala diposisikan lateral, dengan menempatkan :
    • *MSP kepala sejajar bidang film
    • garis interpupilary tegak lurus bidang film
  • *Atur kedua bahu agar berada pada bidang transversal yang sama
  • *Atur kepala sehingga garis IOML sejajar dengan garis khayal horizontal film
  • nAtur CR Tegak lurus bidang film
  • nCentral point 2 cm anterior dan 2 cm superior dari MAE


H@SiL G@MB@R@N

  • *Tampak Sella Tursica proyeksi lateral di pertengahan film
  • *Processus clinoideus anterior kiri dan kanan superposisi
  • *Processus clinoideus posterior kiri dan kanan superposisi
  • *Dorsum sellae dan clivus blumenbachi
*

Orbita


Teknik Radiografi Orbita

Proyeksi Postero Anterior Axial (Caldwell)


POSISI PASIEN
  • Pasien diposisikan prone atau erect, dengan MSP tubuh tepat pada mid line meja pemeriksaan. Bahu bertumpu sejajar pada bidang transversal dan lengan diletakan disamping tubuh dalam posisi yang nyaman
  • Kepala diposisikan PA, dengan menempatkan :
    • Dahi dan hidung menempel diatas kaset.
    • Atur kepala sehingga OML tegak lurus dengan bidang film
    • Pasien diberitahukan untuk menahan nafas pada saat eksposi
  • Atur CR 30 derajat caudally setinggi pertengahan orbita CP pada pertengahan kedua orbita.

KRITERIA GAMBARAN
  • Kedua orbita tampak
  • Petrous Ridge kiri dan kanan simetris terproyeksi di bawah bayangan orbita
  • sinus Frontalis dan Sinus Maxilaris terproyeksi
  • Jarak Batas Lateral Orbita dgn batas lateral kepala kiri dan kanan sama (simetris)
  • Kolimasi sesuai objek yang difoto
  • Marker R/L harus tampak di bagian tepi

Cranium

Teknik Radiografi Cranium

n 
PROYEKSI AP

POSISI PASIEN

  • Pasien tidur pada posisi Supine di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
  • nKepala diposisikan AP, dengan menempatkan :
  • nMSP kepala tegak lurus pada bidang film.
  • nOrbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
  • nPastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala
  • nLetakkan Marker yang sesuai R atau L nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
  • nAtur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
  • nAtur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
  • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi AP.
  • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film
n
KRITERIA GAMBARAN

  • nSeluruh kepala tampak pada proyeksi antero posterior, batas atas verteks, batas bawah simphysis menti, kedua sisi tidak terpotong
  • nKepala simetris, jarak batas orbita dengan lingkar kepala sama kiri dan kanan.
  • nTampak Sinus frontalis, maksilaris, sinus ethmoidalis, dan crista galli
  • nOs frontalis tampak jelas. nMarker R/L harus tervisualisasi.

PROYEKSI LATERAL

n
POSISI PASIEN

  • Pasien tidur pada posisi semi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
  • nKepala diposisikan Lateral, dengan menempatkan :
  • nMSP kepala sejajar pada bidang film.
  • nInfra Orbito Meatal Line (IOML) sejajar dengan bidang film.
  • nInter Pupillary line (IPL) tegak lurus dengan bidang film
  • nLetakkan Marker yang sesuai R atau L
  • nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek.
  • nAtur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
  • nAtur Central Point tepat pada daerah 5 cm di atas Meatus Acusticus Externa (MAE), dengan memposisikan daerah tersebut tepat dipertengahan bidang film.
  • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi Lateral.
  • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film



KRITERIA GAMBARAN



  • nSeluruh cranium lateral batas atas vertex, batas belakang os occipital, batas depan soft tissue hidung
  • nSella tursica tidak berotasi
  • nPCP & PCA , Dorsum sellae
  • nRamus mandibula superposisi
  • nMastoid superposisi
  • nMAE superposisi

PROYEKSI PAPOSISI PASIEN

  • nPasien tidur pada posisi Prone di atas meja pemeriksaan, dengan MSP tubuh tepat pada Mid Line meja pemeriksaan.
  • nKepala diposisikan PA, dengan menempatkan :
  • nDahi dan hidung menempel meja pemeriksaan
  • nMSP kepala tegak lurus pada bidang film.
  • nOrbito Meatal Line (OML) tegak lurus dengan bidang film.
  • nDagu diganjal dengan spon
  • nPastikan tidak terjadi perputaran pada objek kepala nLakukan fiksasi bagian kepala dengan menggunakan spon dan sand bag agar tidak terjadi pergerakan objek
  • nAtur Central Ray Tegak Lurus bidang film tepat dipertengahan film, dengan menyalakan lampu kolimator dan batasi luas lapangan penyinaran sesuai dengan besarnya objek.
  • nAtur Central Point tepat pada Glabella atau pada Nasion, dengan memposisikan glabella atau nasion tepat dipertengahan bidang film.
  • nJika sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang telah disesuaikan untuk pemotretan kepala posisi PA.
  • nSelesai eksposi lanjutkan proses pencucian film

KRITERIA GAMBARAN


  • nKeseluruhan cranium dengan batas atas vertex, batas bawah simphysis menti, bagian samping kanan dan kiri kepala tidak terpotong
  • nSinus frontalis, maksilaris, ethmoidalis
  • nDorsum sellae, PCA, bagian superior sinus ethmoidalis
  • nCrista galli
  • nLingkar orbita
  • nJarak batas lateral kepala simetris
  • nMarker R/L tervisualisasi





Rabu, 06 Maret 2013

Basis Cranii

TEKNIK RADIOGRAFI BASIS CRANII

PROYEKSI SUBMENTO VERTICAL

POSISI PASIEN

  • Pasien Supine di atas meja pemeriksaan
  • Mid Sagittal Plane Kepala tegak lurus dengan bidang film
  • IOML sejajar bidang film
  • Punggung pasien diberi pengganjal dengan bantal, leher full ekstensi kepala bertumpu pada vertex di atas area bidang film
  • Knee fleksi, lengan diposisikan nyaman disamping tubuh dan bahu sejajar bidang transversal.
  • Tabung sinar x tegak lurus dengan infra orbito meatal line kepala

KRITERIA GAMBARAN
  • Tampak Petrous ridge
  • Tulang-tulang pendengaran
  • Processus mastoid
  • Foramen spinosum
  • Foramen ovaleSinus sphenoidales
  • Mandibula arcus zygomaticum
  • Condilus mandibula dengan batas lateral kepala berjarak simetris kanan dan kiri
  • Petrosum terproyeksi simetris
  • Bagian anterior os frontalis superposisi dengan symphisys mandibula
  • Marker R/L tampak di bagian tepi gambar objek.

Selasa, 05 Maret 2013

Tips Penyimpanan Medical Film X_ray



Penyimpanan Medical Film X_ray


DIGUDANG
W      Udara dingin dan kering
W      Sirkulasi udara cukup
W      Film disimpan tersusun menurut expayer datenya
W      Temperature 200 C

DIKAMAR GELAP
±        Disimpan ditempat yang kering
±        Dibuka pada keadaan gelap
±        Disimpan tegak
±        Box film harus teratur

DIKAMAR PEMERIKSAAN 
µ    Disimpan dalam kaset 
µ    Jauh dari sumber radiasi 
µ    Harus disimpan terpisah dari film yang sudah diekspos dan sebelum diekspos




                                                                                                                         Radiology

Ervin Adi Nugroho


Sejarah Radiologi



Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu dia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari krostal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar X. Baru di kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen.

Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara konvensional. Salah satu visualisasi hasil penemuan Roentgen adalah foto jari-jari tangan istrinya yang dibuat dengan mempergunakan kertas potret yang diletakkan di bawah tangan istrinya dan disinari dengan sinar baru itu.
Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat sinar Roentgen, yaitu sifat-sifat fisika dan kimianya. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologik yang dapat merusak sel-sel hidup. Sifat yang ditemukan Roentgen antara lain bahwa sinar ini bergerak dalam garis lurus, tidak dipengaruhi oleh lapangan magnetic dan mempunyai daya tembus yang semakin kuat apabila tegangan listrik yang digunakan semakin tinggi, sedangkan di antara sifat-sifat lainnya adalah bahwa sinar ini menghitamkan kertas potret. Selain foto tangan istrinya, terdapat juga foto-foto pertama yang berhasil dibuat oleh Roentgen ialah benda-benda logam di dalam kotak kayu, diantaranya sebuah pistol dan kompas.

Setahun setelah Roentgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis, pda tahun 1895 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat hampir sama. Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu juga. Tidak lama kemudian, Marie dan Piere Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan suami istri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia. Tidak lama sesudah itu mereka menemukan unsur radium yang memancarkan radiasi kira-kira 2 juta kali lebih banyak dari uranium.

Kamis, 28 Februari 2013

Abdomen 3 Posisi

 Teknik Radiografi

Abdomen 3 Posisi / Abdomen Akut


apakah pengertian abdomen 3 posisi?
Abdomen 3 posisi adalah prosedur pemeriksaan radiografi pada daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang terjadi pada tractus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan.
apakah abdomen akut itu? dan apa saja yang masuk kategori abdomen akut?
abdomen akut adalah keadaan sakit perut mendadak yang memerlukan tindakan segera.
macam abdomen ak ut : ileus, perforasi (kebocoran dinding usus), ascites, massa intra abdominal.
bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi abdomen 3 posisi?
Teknik radiografi abdomen untuk kasus abdomen akut dilakukan dalam 3 posisi yaitu abdomen AP supine, Abdomen AP setengah duduk, dan abdomen LLD.
1. ABDOMEN AP

  • Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh berada di pertengahan meja. kedua tangan diatur lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
  • Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. Pelvis TIDAK mengalami rotasi (terlihat dari kedua SIAS berjarak sama dikedua sisinya)
  • CR : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca
  • FFD : 100 cm
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
2. ABDOMEN SETENGAH DUDUK
  • Posisi Pasien : pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan menempatkan MSP tubuh sejajar kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
  • Posisi Objek : kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder TIDAK mengalami rotasi.
  • CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca (umbilikus)
  • FFD : 100 cm
  • jangan lupa memakai grid
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
3. ABDOMEN LLD
 
  • Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk (difleksikan), kedua tangan diletakkan ditas kepala
  • Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada dibelakang punggung.
  • CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
  • FFD : 100 cm
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
apakah tujuan dari masing-masing posisi?
  • Abdomen AP : memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada kolon yang disebabkan karena massa atau gas pada kolon itu.
  • Abdomen setengan duduk : untuk menampakkan udara bebas dibawah diafragma.
  • Abdomen LLD : untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibar perforasi kolon.
mengapa dibuat foto LLD (bukan RLD) untuk abdomen 3 posisi ini?
supaya terpisah dengan udara di lambung. pada pasien tersangka kebocoran dinding usus, udara akan berada pada permukaan teratas. jika dibuat foto RLD, udara bebas itu kan tampak menyatu/bercampur dengan udara diusus sehingga patologisnya sulit dinilai.
apa tujuan eksposi dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh?
pada saat tahan nafas, pergerakan usus akan berhenti, diafragma akan naik dan gambaran abdomen akan tampak jelas.


 @ .... Radiology

Rabu, 27 Februari 2013

Ervin Adi Nugroho: Radiology

Ervin Adi Nugroho: Radiology:   Rontgen Konvensional   Thorax Thorax    Thorax Lat  Clavicula Ap Wrist Joint   Antebrachi...

Ervin Adi Nugroho: Pemahaman radiologi di masyarakat

Ervin Adi Nugroho: Pemahaman radiologi di masyarakat: Pemahaman radiologi di masyarakat          Banyak masayarakat yang awam mngenai radiologi, banyak yang mengetahui radiologi h...

Ervin Adi Nugroho: BNO IVP

Ervin Adi Nugroho: BNO IVP: PENGERTIAN PEMERIKSAAN BNO IVP            Pemeriksaan radiografi dari traktus urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria, dan Uretra) ...

BNO IVP


PENGERTIAN PEMERIKSAAN BNO IVP
     
    Pemeriksaan radiografi dari traktus urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria, dan Uretra) dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena.  Tujuan pemeriksaan untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta seluruh tractus urinarius dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini dapat diketahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut .
Anatomi Fisiologi  

        Traktus Urinarius terdiri dari sepasang Ginjal, sepasang Ureter, Vesica Urinaria, Uretra.
  • Ginjal
                        Sisi lateralnya berbentuk cembung, sisi medial cekung, sedikir pada permukaan anterior, sedikit cembung pada permukaan porterior. Ukuran ginjal 4,5 inci x 3 inci x 1,5 inci. Ginjal kiri sedikit lebih panjang dari pada ginjal kanan.
                        Letak ginjal yang normal setinggi columna vertebralis thoracalis XII s.d columna vertebralis lumbalis III dibelakang peritonium bersinggungan dengan dinding abdomen posterior. Ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri.
                        Pada bagian yang cekung memiliki hilus tempat transmisi dari pembuluh-pembuluh darah, limfe, syaraf dan ureter. Hilus berlanjut membentuk cavitas pusat yang disebut sinus renalis. Lapisan luar dinjal disebut substansi cortical dan lapisan dalam disebut substansi medular, permukaan luar ginjal ditutupi oleh lapisan tipis jaringan fibrosus. Substansi medular terdiri dari sekumpulan tubuli membentuk 8 s.d 15 segmen conus yang disebut pyramid yang masing-masing puncaknya membentuk sistem calyses.
  • Ureter
Panjang ureter 10-12 inci, terletak pada posterior dari peritoneum dan didepan dari musculus psoas dan processus transversum columna vertebralis lumbalis. Bagian distal berhubungan dengan vesica urinariapada tepi lateral bagian superior.
  • Vesica Urinaria
Penampungan urine, letaknya postero-superior terhadap sympisis pubis. Bentuk dan ukurannya bervariasi sesuai banyaknya urine yang ditampung. Kapasitasnya sekitar 700-1000 ml.
  • Uretra
Merupakan traktus urinarius paling distal, tempat ekskresi urine. Panjangnya kira-kira 1,5 inci pada wanita dan 7-8 inci pada pria.
Patologi atau Klinis Pemeriksaan
1. Hydroneprosis
    Hydroneprosis adalah distensi dan dilatasi dari renal pelvic, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal (Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal.

2. Pyelonepritis
    Pyelonepritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. 
3. Renal Hypertension
    Renal Hypertension adalah Sindrom yang terdiri dari tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyempitan arteri menyuplai ginjal (stenosis arteri ginjal)
 4. Polyuria
     Polyuria adalah fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan dalam jumlah besar.

5. Neprolithiasis
    Neprolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.

6. Urolithiasis
    Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu didalam saluran ureter.

7. Haematuria
    Haematuria adalah suatu keadaan dimana terdapat sel-sel darah merah didalam urine.

Persiapan alat dan bahan
1. Peralatan Steril
  • Wings Needle No. 21 G (1 buah)
  • Spuit 20 cc ( 2 buah )
  • Kapas alcohol atau wipes
  • Tourniquet
2. Peralatan Un-Steril
  •  Plester
  • Marker R atau L
  • Media Kontras ( Iopamario atau Omnipaque )
  • Obat - obatan emergency   

Persiapan Pasien
  1. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak beserat, misalnya bubur kecap . 
  2. Makan terakhir jam 19.00
  3. Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gram atau dulcolax tablet sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi dulcolax supposituria (per anal)
  4.  Boleh minum air putih sampai jam 23.00
  5. Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi
  6. Tidak boleh banyak bicara dan merokok.


Prosedur Pemeriksaan
                                                                                       
Bila pasien telah menjalani persiapan dan telah diketahui kandungan ureum dan kreatinin dalam darah, dilakukan foto pendahuluan abdomen dengan posisi AP, menggunakan film 30 x 40 cm.

Tujuan foto pendahuluan :
-  Mengecek persiapan pasien
-  Menilai abdomen secara umum, mengetahui letak ginjal
-  Menentukan faktor eksposi selanjutnya.

Cek foto pendahuluan, bila persiapan bagus bahan kontras disuntikkan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti, pasien dalam keadaan supine.

      Foto BNO Polos




  





 
Prosedur Pemeriksaan

Bila pasien sudah menjalani puasa sebagai langkah persiapannya, pasien harus menjalani pemeriksaan kadar ureum creatinin dalam tubuhnya. Setelah itu dibuat foto pendahuluan dengan ukuran film 30 x 40 cm  mencakup seluruh abdomen dengan posisi AP. Foto pendahuluan ini untuk mengecek persiapan pasien dan untuk evaluasi keseluruhan abdomen, mengetahui keadaan ginjal pasien dan menentukan faktor eksposi selanjutnya.
            Bahan Kontras disuntikan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti. Pasien dalam posisi Supine.



Volume Bahan kontras sebagai berikut :
·        Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.
·        Untuk anak –anak kira –kira 2 ml per kg berat badan
·        Bila ada dugaan kegagalan ginjal ,dosis 4 ml per kg berat badan.


Pengambilan Gambar Radiografi  
  1. Foto menit ke - 5 setelah dimasukan bahan kontras.
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan proc. xiphoideus dan umbilikus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem calyces pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CR nya vertikal Kompresi Ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem pelvi calyces dan bagian ureter proximal. Kompresi ureter diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit ke-5.

2. Foto menit ke - 10 bila pada foto menit ke-5 kurang baik
Bila pengambilan gambar pada pelvicalyces di menit ke lima kurang baik ,foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan zonografi untuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras dengan posisi AP sama seperti foto abdomen, pertengahan (CP) di antara prc xiphoideus dengan umbilikus dan CR vertikal.

3.   Foto menit ke – 30  
Setelah menit ke 30 kompresi dibuka dan di ambil gambar dengan menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah menit ke 30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak. dengan posisi AP sama seperti foto abdomen dan CR nya vertikal 

4. Foto menit ke – 60 

Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal maka pasien diharuskkan mixi kemudian di foto kembali. Jika radiolog menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. dengan posisi AP sama seperti foto abdomen dan CR nya vertikal.

5. Foto Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus pos hematuri. dengan posisi AP sama seperti foto abdomen dan CR nya vertikal.


Contoh gambaran Radiografi pemeriksaan BNO IVP

Foto menit ke - 5












Foto Menit ke - 10












Foto menit ke - 30














Foto menit ke - 60














Foto Post Void














Saran :



v           Untuk kompresi sebaiknya jangan menggunakan bola tenis,agar pasien merasa nyaman dan tidak masuk gambaran.
v           Menggunakan kontras yang non ionik dan menyiapkan premedikasi.
v           Sebelum memasukan bahan kontras, melakukan skin test.
v           Bila persiapan kurang baik, pasien di sarankan agar buang air besar.


CATATAN : SETIAP RUMAH SAKIT MEMPUNYAI CIRI KHAS MASING-MASING UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN BNO IVP , KHUSUS NYA DALAM HAL TEKNIK PENGAMBILAN FOTO, MENIT YANG DI GUNAKAN PUN BERBEDA-BEDA