Radiology

Radiology
Kota Radiasi

Kamis, 28 Februari 2013

Abdomen 3 Posisi

 Teknik Radiografi

Abdomen 3 Posisi / Abdomen Akut


apakah pengertian abdomen 3 posisi?
Abdomen 3 posisi adalah prosedur pemeriksaan radiografi pada daerah abdomen khususnya untuk memperlihatkan kelainan yang terjadi pada tractus digestivus / gastrointestinal yang dilakukan dalam 3 posisi pemotretan.
apakah abdomen akut itu? dan apa saja yang masuk kategori abdomen akut?
abdomen akut adalah keadaan sakit perut mendadak yang memerlukan tindakan segera.
macam abdomen ak ut : ileus, perforasi (kebocoran dinding usus), ascites, massa intra abdominal.
bagaimanakah teknik pemeriksaan radiografi abdomen 3 posisi?
Teknik radiografi abdomen untuk kasus abdomen akut dilakukan dalam 3 posisi yaitu abdomen AP supine, Abdomen AP setengah duduk, dan abdomen LLD.
1. ABDOMEN AP

  • Posisi Pasien : Pasien supine diatas meja pemeriksaan, MSP tubuh berada di pertengahan meja. kedua tangan diatur lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
  • Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. Pelvis TIDAK mengalami rotasi (terlihat dari kedua SIAS berjarak sama dikedua sisinya)
  • CR : vertikal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca
  • FFD : 100 cm
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
2. ABDOMEN SETENGAH DUDUK
  • Posisi Pasien : pasien duduk diatas meja pemeriksaan dengan menempatkan MSP tubuh sejajar kaset, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki diatur lurus.
  • Posisi Objek : kaset berada dibelakang tubuh pasien, aturlah kaset dengan batas atas procxypoid dan batas bawahnya simfisis pubis, pelvis dan shoulder TIDAK mengalami rotasi.
  • CR : horisontal tegak lurus ke kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca (umbilikus)
  • FFD : 100 cm
  • jangan lupa memakai grid
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
3. ABDOMEN LLD
 
  • Posisi Pasien : Pasien tidur miring ke sisi kiri, kedua genue ditekuk (difleksikan), kedua tangan diletakkan ditas kepala
  • Posisi Objek : aturlah kaset agar batas atas kaset pada diafragma, batas bawah pada simfisis pubis dan crista iliaca berada dipertengahan. kaset berada dibelakang punggung.
  • CR : horizontal sejajar kaset, pusat sinar diatur sejajar dengan crista iliaca.
  • FFD : 100 cm
  • Lakukan eksposi saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh (aba-abanya : “buang nafas….. tahan!!!” atau “tahan nafas!!!” lalu ekspos.)
apakah tujuan dari masing-masing posisi?
  • Abdomen AP : memperlihatkan ada/tidaknya penebalan/distensi pada kolon yang disebabkan karena massa atau gas pada kolon itu.
  • Abdomen setengan duduk : untuk menampakkan udara bebas dibawah diafragma.
  • Abdomen LLD : untuk memperlihatkan air fluid level atau udara bebas yang mungkin terjadi akibar perforasi kolon.
mengapa dibuat foto LLD (bukan RLD) untuk abdomen 3 posisi ini?
supaya terpisah dengan udara di lambung. pada pasien tersangka kebocoran dinding usus, udara akan berada pada permukaan teratas. jika dibuat foto RLD, udara bebas itu kan tampak menyatu/bercampur dengan udara diusus sehingga patologisnya sulit dinilai.
apa tujuan eksposi dilakukan saat pasien tahan nafas setelah ekspirasi penuh?
pada saat tahan nafas, pergerakan usus akan berhenti, diafragma akan naik dan gambaran abdomen akan tampak jelas.


 @ .... Radiology

Rabu, 27 Februari 2013

Ervin Adi Nugroho: Radiology

Ervin Adi Nugroho: Radiology:   Rontgen Konvensional   Thorax Thorax    Thorax Lat  Clavicula Ap Wrist Joint   Antebrachi...

Ervin Adi Nugroho: Pemahaman radiologi di masyarakat

Ervin Adi Nugroho: Pemahaman radiologi di masyarakat: Pemahaman radiologi di masyarakat          Banyak masayarakat yang awam mngenai radiologi, banyak yang mengetahui radiologi h...

Ervin Adi Nugroho: BNO IVP

Ervin Adi Nugroho: BNO IVP: PENGERTIAN PEMERIKSAAN BNO IVP            Pemeriksaan radiografi dari traktus urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria, dan Uretra) ...

BNO IVP


PENGERTIAN PEMERIKSAAN BNO IVP
     
    Pemeriksaan radiografi dari traktus urinarius (Renal, Ureter, Vesica Urinaria, dan Uretra) dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena.  Tujuan pemeriksaan untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta seluruh tractus urinarius dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini dapat diketahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut .
Anatomi Fisiologi  

        Traktus Urinarius terdiri dari sepasang Ginjal, sepasang Ureter, Vesica Urinaria, Uretra.
  • Ginjal
                        Sisi lateralnya berbentuk cembung, sisi medial cekung, sedikir pada permukaan anterior, sedikit cembung pada permukaan porterior. Ukuran ginjal 4,5 inci x 3 inci x 1,5 inci. Ginjal kiri sedikit lebih panjang dari pada ginjal kanan.
                        Letak ginjal yang normal setinggi columna vertebralis thoracalis XII s.d columna vertebralis lumbalis III dibelakang peritonium bersinggungan dengan dinding abdomen posterior. Ginjal kanan lebih rendah dari pada ginjal kiri.
                        Pada bagian yang cekung memiliki hilus tempat transmisi dari pembuluh-pembuluh darah, limfe, syaraf dan ureter. Hilus berlanjut membentuk cavitas pusat yang disebut sinus renalis. Lapisan luar dinjal disebut substansi cortical dan lapisan dalam disebut substansi medular, permukaan luar ginjal ditutupi oleh lapisan tipis jaringan fibrosus. Substansi medular terdiri dari sekumpulan tubuli membentuk 8 s.d 15 segmen conus yang disebut pyramid yang masing-masing puncaknya membentuk sistem calyses.
  • Ureter
Panjang ureter 10-12 inci, terletak pada posterior dari peritoneum dan didepan dari musculus psoas dan processus transversum columna vertebralis lumbalis. Bagian distal berhubungan dengan vesica urinariapada tepi lateral bagian superior.
  • Vesica Urinaria
Penampungan urine, letaknya postero-superior terhadap sympisis pubis. Bentuk dan ukurannya bervariasi sesuai banyaknya urine yang ditampung. Kapasitasnya sekitar 700-1000 ml.
  • Uretra
Merupakan traktus urinarius paling distal, tempat ekskresi urine. Panjangnya kira-kira 1,5 inci pada wanita dan 7-8 inci pada pria.
Patologi atau Klinis Pemeriksaan
1. Hydroneprosis
    Hydroneprosis adalah distensi dan dilatasi dari renal pelvic, biasanya disebabkan oleh terhalangnya aliran urin dari ginjal (Obstruksi), Hydroneprosis biasa disebut pembesaran ginjal.

2. Pyelonepritis
    Pyelonepritis adalah inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya infeksi oleh bakteri infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih bagian bawah terus naik ke ginjal. 
3. Renal Hypertension
    Renal Hypertension adalah Sindrom yang terdiri dari tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh penyempitan arteri menyuplai ginjal (stenosis arteri ginjal)
 4. Polyuria
     Polyuria adalah fisiologis normal dalam beberapa keadaan, seperti diuresis dingin, diuresis ketinggian, dan setelah minum cairan dalam jumlah besar.

5. Neprolithiasis
    Neprolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam Pelvis atau Calyces dari ginjal.

6. Urolithiasis
    Urolithiasis adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu didalam saluran ureter.

7. Haematuria
    Haematuria adalah suatu keadaan dimana terdapat sel-sel darah merah didalam urine.

Persiapan alat dan bahan
1. Peralatan Steril
  • Wings Needle No. 21 G (1 buah)
  • Spuit 20 cc ( 2 buah )
  • Kapas alcohol atau wipes
  • Tourniquet
2. Peralatan Un-Steril
  •  Plester
  • Marker R atau L
  • Media Kontras ( Iopamario atau Omnipaque )
  • Obat - obatan emergency   

Persiapan Pasien
  1. Sehari sebelum pemeriksaan, pasien harus banyak makan makanan yang tidak beserat, misalnya bubur kecap . 
  2. Makan terakhir jam 19.00
  3. Minum obat pencahar jam 20.00, misalnya garam inggris sebanyak 30 gram atau dulcolax tablet sebanyak 6 tablet dan pagi-pagi diberi dulcolax supposituria (per anal)
  4.  Boleh minum air putih sampai jam 23.00
  5. Puasa sampai dilakukan pemeriksaan radiografi
  6. Tidak boleh banyak bicara dan merokok.


Prosedur Pemeriksaan
                                                                                       
Bila pasien telah menjalani persiapan dan telah diketahui kandungan ureum dan kreatinin dalam darah, dilakukan foto pendahuluan abdomen dengan posisi AP, menggunakan film 30 x 40 cm.

Tujuan foto pendahuluan :
-  Mengecek persiapan pasien
-  Menilai abdomen secara umum, mengetahui letak ginjal
-  Menentukan faktor eksposi selanjutnya.

Cek foto pendahuluan, bila persiapan bagus bahan kontras disuntikkan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti, pasien dalam keadaan supine.

      Foto BNO Polos




  





 
Prosedur Pemeriksaan

Bila pasien sudah menjalani puasa sebagai langkah persiapannya, pasien harus menjalani pemeriksaan kadar ureum creatinin dalam tubuhnya. Setelah itu dibuat foto pendahuluan dengan ukuran film 30 x 40 cm  mencakup seluruh abdomen dengan posisi AP. Foto pendahuluan ini untuk mengecek persiapan pasien dan untuk evaluasi keseluruhan abdomen, mengetahui keadaan ginjal pasien dan menentukan faktor eksposi selanjutnya.
            Bahan Kontras disuntikan secara intra vena, biasanya pada vena cubiti. Pasien dalam posisi Supine.



Volume Bahan kontras sebagai berikut :
·        Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakni 1-2 cc/kg berat badan.
·        Untuk anak –anak kira –kira 2 ml per kg berat badan
·        Bila ada dugaan kegagalan ginjal ,dosis 4 ml per kg berat badan.


Pengambilan Gambar Radiografi  
  1. Foto menit ke - 5 setelah dimasukan bahan kontras.
Dilakukan foto pada 5 menit pertama dengan area jangkauan pada pertengahan proc. xiphoideus dan umbilikus. Foto ini untuk melihat perjalanan kontras mengisi sistem calyces pada ginjal. Memakai ukuran kaset 24 x 30 cm dengan posisi AP sama seperti foto Abdomen dan CR nya vertikal Kompresi Ureter dilakukan dengan tujuan untuk menahan kontras media tetap berada pada sistem pelvi calyces dan bagian ureter proximal. Kompresi ureter diketatkan setelah dilakukan pengambilan foto menit ke-5.

2. Foto menit ke - 10 bila pada foto menit ke-5 kurang baik
Bila pengambilan gambar pada pelvicalyces di menit ke lima kurang baik ,foto diambil kembali pada menit ke 10 dengan zonografi untuk memperjelas bayangan. Menggunakan kaset 24 x 30 cm mencakup gambaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi media kontras dengan posisi AP sama seperti foto abdomen, pertengahan (CP) di antara prc xiphoideus dengan umbilikus dan CR vertikal.

3.   Foto menit ke – 30  
Setelah menit ke 30 kompresi dibuka dan di ambil gambar dengan menggunakkan kaset ukuran 30 x 40 cm. Di beberapa Rumah Sakit setelah menit ke 30 diharuskan meminum air yang banyak. Foto ini digunakan untuk mengevaluasi kemampuan ginjal mensekresikan bahan kontras, tapi di beberapa Rumah Sakit tidak. dengan posisi AP sama seperti foto abdomen dan CR nya vertikal 

4. Foto menit ke – 60 

Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30 x 40 cm. Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada radiolog dan dinyatakan normal maka pasien diharuskkan mixi kemudian di foto kembali. Jika radiolog menyatakan ada gangguan biasanya dilakukan foto 2 jam. dengan posisi AP sama seperti foto abdomen dan CR nya vertikal.

5. Foto Post Void
Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi di daerah bladder. Dengan posisi erect dapat menunjukan adanya ren mobile (pergerakan ginjal yang tidak normal) pada kasus pos hematuri. dengan posisi AP sama seperti foto abdomen dan CR nya vertikal.


Contoh gambaran Radiografi pemeriksaan BNO IVP

Foto menit ke - 5












Foto Menit ke - 10












Foto menit ke - 30














Foto menit ke - 60














Foto Post Void














Saran :



v           Untuk kompresi sebaiknya jangan menggunakan bola tenis,agar pasien merasa nyaman dan tidak masuk gambaran.
v           Menggunakan kontras yang non ionik dan menyiapkan premedikasi.
v           Sebelum memasukan bahan kontras, melakukan skin test.
v           Bila persiapan kurang baik, pasien di sarankan agar buang air besar.


CATATAN : SETIAP RUMAH SAKIT MEMPUNYAI CIRI KHAS MASING-MASING UNTUK MELAKUKAN PEMERIKSAAN BNO IVP , KHUSUS NYA DALAM HAL TEKNIK PENGAMBILAN FOTO, MENIT YANG DI GUNAKAN PUN BERBEDA-BEDA

Selasa, 26 Februari 2013

Pemahaman radiologi di masyarakat

Pemahaman radiologi di masyarakat


         Banyak masayarakat yang awam mngenai radiologi, banyak yang mengetahui radiologi hanya dengan sekilas kesimpulan bahwa radiologi berarti BAHAYA... karena ada radiasi .
Radiasi memang memiliki resiko, namun apa boleh buat bagi anda yang semisal kena penyakit paru-paru maka untuk membantu dalam menegakan suatu diagnosa maka perlu dilakukan ronsen/roentgn. oleh karena itu bahwa radiasi juga bermanfaat bagi keshatan, dan banyak orang yang menanyakan apakah setelah di ronsen saya malah jadi sakit dan menyebabkan kanker.dalam ksempatan ini saya ingin menyampaikan bahwa setiap pemeriksaan radiologi jangan lah takut, karena asas yang dipakai setiap pemeriksaan radiologi adalah bahwa manfaat yang diperoleh lebih besar dari pada bahaya yang akan timbul, dan setiap pemeriksaan petugas radiologi sudah memiliki prinsip dalam proteksi radiasi terhadap pasieen.